Pengembangan Kawasan Pesisir Tangguh, KKP Sisir Bombana, Sulteng

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) melakukan kegiatan koordinasi dan survei awal lokasi Pengembangan Kawasan Pesisir Tangguh (PKPT) di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Tim survei Ditjen PRL terdiri dari Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Dit. P4K) dan Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar.

Koordinasi dan survei awal lokasi dilaksanakan dalam rangka tindak lanjut usulan lokasi pelaksanaan PKPT dari Dinas Perikanan Kab. Bombana. Sebelum peninjauan lokasi, dilakukan pertemuan awal untuk memberikan gambaran terkait dengan pelaksanaan PKPT di Kab. Bombana yang bertujuan untuk meningkatkan ketangguhan wilayah pesisir serta masyarakat terhadap perubahan iklim.

Konsep pelaksanaan PKPT akan diserahkan ke kelompok di masing-masing desa dalam mengusulkan kegiatan yang terkait dengan peningkatan ketangguhan masyarakat dan wilayah pesisir yang disesuaikan dengan rencana kerja desa yang telah disusun. Dalam proses pengusulan kegiatan PKPT di Bombana akan dibantu oleh tenaga pendamping yang telah ditunjuk untuk tahun 2020.

Survei lokasi awal dilakukan di Kecamatan Rarowatu Utara yang terdiri dari desa Lantowa, Watumentade, dan Tunas Baru, serta Kec. Poleang Tenggara yeng terdiri dari desa Lemo dan Terapung. Survei lokasi bertujuan untuk mengetahui kondisi awal kawasan serta pengumpulan data dan informasi sebagai dasar dalam penyusunan profil serta penilaian kondisi ketangguhan desa.

Secara umum perubahan garis pantai yang terjadi Kec. Rarowatu Utara (Desa Lantowa, Watumentade, dan Tunas Baru), selain disebabkan oleh faktor alam juga akibat pembukaan kawasan mangrove yang sudah dilakukan sejak lama sebagai lahan tambak yang tidak memperhatikan daya dukung pemanfaatan mangrove sebagai fungsi pelindung.

Sedangkan wilayah pesisir Kec. Poleang Tenggara dari dua desa yang dipantau, diperoleh bahwa kondisi perubahan garis pantai selain adanya abrasi juga disebabkan adanya penimbunan pantai untuk pemukiman, dan pembuatan tambat labuh.

Selain itu, pada muara sungai yang terdapat di desa Lemo mulai terjadi pendangkalan akibat sedimentasi dan sering terjadi banjir pada musim barat dan berdampak pada rumah penduduk dan sarana tempat penjemuran rumput laut milik nelayan.

-Sumber: Indonesia Raya

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*