Indonesia Persiapkan Diri Jadi Pemasok Nikel untuk Industri Baterai Lithium-ion

Sebagai produsen nikel nomor satu di dunia, Indonesia siap memasok industri baterai lithium-ion yang berkembang pesat dan semakin penting.

Demikian disampaikan Presiden Joko Widodo saat menjadi pembicara kunci (keynote speaker) pada Forum Abu Dhabi Sustainability Week (ADSW) 2020, di Abu Dhabi National Exhibition Centre (ADNEC), Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA)

Dalam forum yang mempertemukan para pemangku kebijakan dari berbagai negara, para ahli berbagai bidang industri, para inovator teknologi, serta generasi baru pemimpin dunia itu, Presiden Jokowi menyampaikan berbagai hal salah satunya mengenai kecenderungan perubahan energi dan bagaimana Indonesia memainkan peran utamanya di masa depan dalam bidang energi.

Menurut Presiden, peran Indonesia dalam memasok nikel kepada dunia adalah bagian dari kontribusi terhadap masa depan energi, dalam hal ini masa depan penyimpanan energi. Ia meyakini, elektrifikasi sistem transportasi seperti transisi ke kendaraan listrik akan meningkatkan kebutuhan baterai lithium-ion dan nikel.

Fasilitas baterai lithium-ion skala utilitas, seperti fasilitas Tesla di Australia Selatan sangat penting dalam transisi global menuju energi terbarukan.

Untuk itu, Presiden mengajak peserta ADSW 2020 untuk bermitra dengan Indonesia saat membangun industri dalam negeri untuk memproduksi komponen dan pada akhirnya sel baterai sebagai perpanjangan hilir alami dari produksi nikel Indonesia.

Saat ini, menurut Jokowi, pemerintah tengah mempersiapkan langkah-langkah kebijakan untuk menuju ke sana. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan bijih nikel untuk dikelola menjadi baterai lithium.

Saat ini pemerintah tengah berkomitmen untuk menghentikan sementara ekspor bijih nikel (ore) Dan mengalihkannya ke dalam negeri. Diharapkan mimpi tersebut bisa terealisasi dalam kurun waktu 2 hingga 3 tahun ke depan.

Bukan tanpa alasan mengapa Indonesia bisa menjadi salah satu produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia. Salah satunya adalah karena produksi bijih nikel Indonesia yang begitu melimpah.

Selain nikel Indonesia juga bisa memanfaatkan bahan baku mineral lainnya untuk memproduksi baterai. Misalnya adalah dengan memanfaatkan kobalt, mangan yang menurutnya memiliki nilai tambah jika dikelola menjadi produk jadi.

“Indonesia punya cadangan nikel terbesar nomor 1 didunia, strategi ini kita harus pakai untuk membangun industri mobil listrik,”kata Presiden.

Peranan Strategis

Menurut Prof. Zaki, Guru Besar Teknik Metalurgi ITB yang sedang menekuni penelitian terkait teknologi pengolahan dan pemurnian bijih nikel laterit berkadar rendah untuk menghasilkan bahan baku baterai kendaraan listrik ini, langkah pemerintah saat ini dengan terus mendorong pembangunan industri pengolahan dan pemurnian sudah tepat dan patut didukung.

Terkait dengan pengolahan bijih nikel kadar rendah, Indonesia dapat memainkan peranan strategis ke depan dengan tumbuhnya industri mobil listrik yang diperkirakan meningkat pesat di dunia dalam 20 tahun ke depan.

Untuk menuju ke sana, masih banyak yang harus dilakukan oleh pemerintah dan semua pihak yang terkait. Menurut Prof. Zaki, pengembangan industri metalurgi proses ini harus melibatkan berbagai bidang keahlian di dalam negeri, tidak saja keahlian metalurgi namun juga mekanikal, elektrikal, instrumentasi, dan yang paling penting adalah kemampuan merancang, membangun, dan mengoperasikan pabrik-pabrik tersebut secara efektif dan efisien. 

Tenaga Lokal

Pada pabrik-pabrik yang sudah berjalan, perlu diperkuat keterlibatan tenaga-tenaga lokal.

Seperti apa yang dilakukan oleh PT Gema Kreasi Perdana di Pulau Wawonii yang dianggap sebagai solusi perkembangan perekonomian masyarakat setempat.

Penyerapan tenaga kerja lokal di oleh PT GKP dianggap cukup besar, walaupun saat ini perusahaan sedang berhenti sementara. Hal itu menandakan pemberdayaan masyarakat setempat berjalan. Pihak perusahaan juga masih terus membuka lowongan kerja.

Namun menurut Prof. Zaki hal ini memang tidak dapat dilakukan dalam sekejap. Penyiapan SDM harus dilakukan dengan terencana dan terprogram sehingga transfer of knowledge, transfer of skill dan transfer of technology secara gradual dapat dilakukan dengan baik.

Sumber: Okezone

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*